28 Agustus 2011

Seven Summiters Pertama Untuk Indonesia - Indonesia di Puncak Tujuh Benua





Sejak ekspedisi pendakian gunung tertinggi dunia yang dilakukan Norman Edwin dan Didiek Samsu pada era 80-an, dunia pendakian gunung di Indonesia hampir tidak terdengar kabarnya. Entah karena ngeri karena dua pendaki yang cukup disegani itu tewas ketika mendaki Gunung Aconcagua, Argentina,  atau mungkin karena faktor biaya yang dibutuhkan memang sangat besar.

Dunia pendakian ternyata tak selamanya kelabu. Pada awal 2009 lalu para pendaki yang tergabung dalam Mahitala Universitas Parahiyangan Bandung diam-diam telah mempersiapkan diri untuk mendaki tujuh atap dunia yang lebih dikenal seven summits.

Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22)  adalah para mahasiswa Universitas Parahiyangan Bandung yang berhasil mencapai tujuh puncak dunia. Bermula pada 2009 mereka mendaki Puncak Carstenz Pyramid setinggi 4.884 mdpl di Papua, Indonesia. Pendakian Puncak Carstenz Pyramid itu bagi  anak-anak Mahitala Unpar adalah sebagai uji coba untuk mendaki puncak-puncak dunia yang rata-rata diselimuti salju abadi. Banyak pelajaran yang didapat ketika mereka mendaki Carstenz Pyramid itu selama hampir satu setengah bulan. Mereka jadi terbiasa berjalan di medan yang permukaannya diselimuti es. 



Sukses mendaki Puncak Carstenz Pyramid mereka kemudian mencoba menaklukan Gunung Kilimanjaro (5.189 mdpl) di Tanzania, Afrika. Dan, ternyata di Gunung tertinggi di wilayah Afrika itu Tim Mahitala Unpar tidak mengalami hambatan berarti. Tim kemudian menuju puncak Elbrus di wilayah Rusia. Di Gunung  tertinggi se daratan Eropa itu (5.642 mdpl) walau dengan bersusah payah, mereka berhasil mencapai puncak sesuai dengan yang ditargetkan. Bahkan mereka melewati jalur yang tidak biasa dilewati pendaki yaitu melalui jalur utara. Dan, yang lebih menggembirakan lagi, jalur itu kini dinamakan Indonesia Route. Setelah sukses mendaki puncak Elbrus di Rusia Tim Mahitala kemudian melanjutkan ekspedisinya menuju puncak Vinson Massif di Antartika dan Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina. Gunung Aconcagua ini cukup unik dan berbahaya. Medannya yang berbatu yang  diselimuti salju itu kadang mudah membuat pendaki celaka. Selain itu cuaca yang kadang berubah sering menimbulkan masalah. Banyak kalangan menilai Aconcagua adalah  jalur neraka. Dan, tidak sedikit pendaki yang mengalami celaka dan tewas di Aconcagua termasuk pendaki handal Norman Edwin dan Didik Samsu pada 1982.
Ekspedisi Tim Mahitala Unpar ke Seven Summits ini hampir gagal ketika melakukan pendakian di Everest, Nepal ( 8.848 mdpl). Ketika itu tim sudah berada di camp terakhir mendekati puncak. Namun, ketika akan melakukan pendakian ke puncak, salah satu anggota, Janatan Ginting mengalami gangguan kesehatan. Tim terpaksa beristirahat menunggu kondisi  Janatan pulih. Namun, hambatan tidak sampai di sini. Ketika mereka sudah hampir mencapai puncak, mereka diterpa badai yang cukup dahsyat. Akibatnya terpaksa turun kembali dengan perbekalan yang porak poranda. Namun berkat kegigiuhan dan keuletan, mereka akhirnya berhasil mencapai puncak bertepatan pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2011 lalu.
 Ekspedisi Seven Summits Tim Mahitala Unpar Bandung ini terasa paripurna dan sempurna ketika mereka berhasil mendaki  Gunung Denali di Alaska, Amerika Serikat pada akhir Juli lalu. Dengan demikian mereka adalah satu-satunya Tim Indonesia yang berhasil mencapai Tujuh Puncak Dunia atau seven summits dan merupakan negara ke-53 yang berhasil mencapai seven summits.



Share

Twitter Facebook Favorites More